Kemampuan otak dalam menelorkan ide-ide bisa diibaratkan seperti rasa gatal. Apabila digaruk maka akan menyebabkan rasa gatal pada bagian yang lain. Ketika rasa gatal digaruk bukannya kesembuhan yang didapat tetapi gatal yang semakin menjadi-jadi. Namun kalau gatal tersebut didiamkan saja maka akan hilang dengan sendirinya. Begitu juga dalam menulis. Ketika pikiran sudah terasa gatal untuk menulis maka jangan membiarkan rasa ”gatal” itu mati. Namun segeralah untuk menggaruknya agar muncul rasa gatal yang lain.
Begitulah sebaiknya yang dilakukan para penulis maupun calon penulis. Seorang penulis harus segera tanggap terhadap sinyal yang selalu dikirmkan oleh inderanya masing-masing. Sekecil apapun sinyal yang dikirimkan harus segera ditangkap agar sinyal tersebut tidak lenyap. Sayangnya, kita sering meremehkan sinyal-sinyal yang datang karena menganggap bahwa itu bukanlah sesuatu yang penting. Dan ada kesukaan dari kita untuk melewatkan begitu saja ide-ide ”biasa” tersebut, dengan alasan menunggu yang brilian. Bahkan banyak yang berusaha membunuhnya.
Padahal, untuk mendapatkan ide yang brilian tidak semudah mengedipkan mata (meskipun juga tidak sesulit menyeterika pakaian). Untuk mendapatkan ide brilian harus melalui sebuah proses berpikir. Untuk itu ketika anda sedang berusaha untuk menemukan ide yang brilian maka harus menyingkap dahulu ide-ide ”biasa” yang berserakan di dalam pikiran kita.
Pengalaman yang saya alami selama ini ide-ide yang saya anggap brilian baru muncul ketika ide-ide biasa sudah keluar dari otak. Ide brilian bertempat di bawah-ide-ide pada umumnya. Sehingga untuk mendapatkan ide tersebut kita harus mencarinya. Tidak cukup merenungkan saja. Banyak diantara kita yang beranggapan bahwa untuk menghasilkan ide yang brilian harus merenung lama. Bagi saya tidak, sebuah ide brilian tidak akan muncul ketika kita merenung.
Akhirnya, tugas kita sebenarnya bukanlah menciptakan ide-ide brilian. Hak mencipta hanyalah milik Allah. Semua ide itu berasal dari Allah. Manusia hanya dituntut untuk memfasilitasi agar ide-ide tersebut bisa tersalurkan dengan baik. Jadi, kalau rasa gatal sudah diciptakan Allah kenapa kita tidak berusaha untuk menggaruknya.
No comments:
Post a Comment